SEMARANG, (GemparJateng)- Medan becek dan berlumpur di Lapangan Garnisun jadi tantangan tersendiri bagi paraa pembalap dalam ajang Ajang Trial Game Dirt (TGD) 2025, Jumat 23 Mei 2025.
Betapa tidak? Dalam trek ini, para para pembalap tampak berjuang keras untuk menaklukan Lapangan Garnisun, bahkan ada yang sampai terjatuh. Namun meski demikian, adu cepat para pembalap bikin kagum penonton ditambah dengan atraksi-atraksi jumpingnya.
Perwakilan promotor Genta Auto & Sport, Abed Nego Antoro mengatakan medan seperti ini memberi dampak besar terhadap strategi balap para peserta.
“Kondisi ini, menjadikan persaingan menjadi lebih ketat. Para pembalap tampil lebih berhati-hati, akibat takut jatuh. Itulah sebabnya, juara bertahan dua tahun berturut-turut 2023 dan 2024, Lantian Juan, masih ada di posisi 10 besar di nomor Free For All Open,” ungkapnya
Abed menambahkan, perhelatan yang berlangsung selama dua hari ini juga menjadi ajang uji coba regulasi dan desain trek terbaru.
“Secara regulasi masih tetap mengadopsi, seperti tahun-tahun sebelumnya. Catatan waktu tercepat dari semua rider di tiap kelas, akan dikonversi dan diakumulasi sebagai poin,” ujarnya.
Kemudian Abed menuturkan, empat kelas dipertandingkan, termasuk tiga kelas unggulan dan satu kelas tambahan FFA Master.
Untuk tahun ini Lapangan Garnisun dia nilai lebih kompleks dengan panjang trek mencapai 800 meter yang dibagi dalam dua putaran, serta ditambah obstacle khas yang menantang.
“Pada putaran perdana ini, bukan perkara mudah untuk menaklukkan Sirkuit Lapangan Garnisun. Pasalnya, di tahun ini ada sejumlah perubahan teknis, mulai dari layout trek, hingga penempatan beragam obstacle yang disesuaikan dengan luas lapangan, maupun lintasan yang memiliki panjang lebih dari 800 meter untuk dua lap itu,” bebernya.
Obstacle yang variatif seperti jumpingan kurma royal, titian kobra, giant table top, hingga jumping tong tak hanya mempersulit pembalap, tapi juga jadi tontonan menarik bagi penikmat motocross.
“Setelah Semarang, gelaran TGD 2025 akan berlanjut ke empat kota lain yakni Sidoarjo, Bandung, Probolinggo, dan Solo,” pungkasnya.
Dari sisi pembalap yakni Farudila Adam Taufan jadi pengalaman yang spesial. Pasalnya pembalap asal Malang ini sebelumnya lebih banyak berlaga di Supermoto.
Menurutnya trek di Lapangan Garnisun ini cukup licin karena diguyur hujan semalam. Farudila pun mengakui banyak perbedaan dengan supermoto.
“Kalau kalau perbedaan sih banyak kalau biasanya kan aspal bersih kita balap juga enak kalau di tanah ya resikonya kayak gini. Kalau enggak hujan ya berdebu,” terangnya.
Selama berlaga tadi, Farudila mengungkapkan banyak rintangan yang dia hadapi, misal ya seperti handicap. Lalu ditambah lumpur yang masih tebal.
“Jadi kita harus fokus ke handicap biar landing-nya nyaman juga racing line-nya nyaman. Enggak enggak boleh terburu-buru. Harus sabar dan konsisten. Konsisten, konsentrasi penuh,” pungkasnya.